KEGIATAN PENGEMBANGAN KARAKTER
MAHASISWA ITK (KPKM), BERAKHIR! MENUJU MAHASISWA ITK YANG SPECTA, DIMULAI!
Satria Jaya Negara | 09121013
Ketika di Kampus lain dengan
fasilitas lengkap, eksistensi nama besar kampus yang merajai nusantara, kami
mahasiswa Institut Teknologi Kalimantan, dengan segala keterbatasan mulai dari
akses jalan setapak yang berbatuan, fasilitas penunjang kegiatan akademik,
eksistensi di dunia Industri, bahan ajar yang kurang di perpustakaan, dsbg.
Terus berupaya untuk membuktikan bahwa Mahasiswa adalah pengerak roda
pendidikan. Hambatan itu tidak membuat kami untuk berhenti berjuang menjadi
kampus yang terbaik. Kampus unggulan Kalimantan, bahkan Indonesia ataupun
dunia. Kampus yang baru berusia 1 tahun lebih ini merasa bahwa keterbatasan
adalah kekuatan.
Kekuatan untuk terus berjuang, kekuatan untuk terus berkarya.
Itulah kami, Mahasiswa ITK.
Tanpa Mahasiswa yang bergerak,
Kampus ITK hanya menjadi gedung mangkrak.
Saat ini tidak banyak kampus yang
mengkader sebatas mahasiswa prodi. Mungkin itu juga yang menjadi faktor
arogansi antar prodi. Menyebabkan perpecahan institusi. Ketika suatu kampus
berupaya untuk “mengkader” generasi mereka secara kumulatif lintas prodi
setingkat institusi, kami telah melakukannya. Kesempatan yang besar bagi kami
mengkader 341 Mahasiswa ITK angkatan 2015 generasi ke empat. KPKM adalah bukti,
bahwa kami mampu. Tujuh Bulan lamanya kami memberikan motivasi, inspirasi,
dedikasi dan sinergi kolaborasi hanya untuk membuat mereka jauh lebih baik dari
kami, sang pengader.
Keberhasilan mereka (angkatan 2015)
mempromosikan kampus ITK dibelahan nusantara dalam kegiatan SPIRIT (Spectacular
Integrated Roadshow of ITK) adalah salah satu tolok ukurnya. Luar biasa! ITK
telah menyapa Maros, Bulungan, Tanah grogot, dll daerah pedalaman negeri.
Bahkan ITK telah dipromosikan hingga Mekah.
GILA! Kok mereka hebat sekali. Akan
tetapi, Pernah suatu kasus terucap kata dari salah satu mahasiswa ITK 2015
“angkatan kami lebih hebat, angkatan kalian belum tentu bisa mempromosikan ITK
melewati jalur Doli (jalur batubara daerah Bontang), belum pernah keluar
negeri, dsbg”. Mereka kecewa karena merasa tidak di apresiasi. Ada yang salah
dalam pemikiran yang jumawa. Saya menganalogikan bahwa layaknya sang pengkader
adalah orangtua. Ketika kita terlahir sebagai keluarga petani, ayah ibu kita
adalah seorang petani, dan berharap anaknya lebih baik darinya misalnya menjadi
seorang polisi, Insinyur ataupun dokter, apakah harapan itu salah? Apakah
pantas kita menyalahkan orang tua karena iya hanya seorang petani yang memiliki
mimpi tinggi? Rasanya yang patut kita lakukan cukuplah berupaya mewujudkan
mimpi orang tua kita. Begitulah dengan pola piker KPKM, kita berharap generasi
selanjutnya lebih baik dari sang pengader. Ketika kami mampu mendapatkan 9,
patutlah yang dikader mendapatkan angka 99.
Keberhasilan lainnya adalah ketika
mereka membantu menyukseskan ITK innovation 2016 yang dihadiri Dr. Dahlan Iskan
dan Teknokrat Ricky Elson, mereka juga mengadakan kegiatan keakraban Anggota KM
ITK yang di hadiri lebih dari 80% mahasiswa ITK, dan lainnya. Mungkin hal ini
adalah pencapaian yang biasa buat kampus-kampus ternama. Bagi kami, Ini adalah
hal yang luar biasa. Biasakan meluarbiasakan hal yang biasa. Agar terbiasa
menjadi orang yang luar biasa.
Senior selalu benar. Jika senior
salah, kembali kepasal satu. Pernyataan itu menghantui kami untuk menegakkan
kebenaran. Akan tetapi, lihatlah apa yang telah kami lakukan di KPKM ITK, kami
mendidik generasi hebat kami agar mampu menyampaikan pendapat, menegakkan
kebenaran dan keadilan. Bahkan dalam kondisi perlawanan. Revolusi mental dengan
tekanan, adalah pola yang kami terapkan agar mereka tetap kokoh untuk
berpendapat.
Junior selalu salah, dan akan terus
salah. Kami pun mementahkan pernyataan itu. Ketika sang pengader tidak menjadi
panutan yang baik, setidaknya generasi kami tau bagaimana untuk menjadi yang
baik. Mereka sudah jauh lebih baik dari kami. Bahkan mental generasi kami
mahasiswa angkatan 2015 patut diacungi jempol, untuk urusan akselerasi pola
pikir. Mereka yang awalnya introvert, kini mampu terbuka dan bersosialisasi,
mereka yang apatis, kini bisa berpikir kritis. Ya, kampus kami tidak sepi lagi,
Yang hanya tempat untuk duduk dikelas lalu pulang. Tidak seperti markas tentara
yang berada di hutan belantara. Kampus kami bukan tempat kursus. Kampus kami
disibukkan dengan aktivitas sosialisasi. Mereka menyisihkan waktu untuk
bersilaturahmi.
Keyakinan kami bahwa mereka adalah
yang terbaik, tidak akan kami musnahkan. Karena mereka adalah angkatan yang
pertama kali di kader versi kami sendiri, di kampus sendiri. Mereka siap
berjuang dengan nafas SPECTA (Solidaritas, kepedulian, Kecerdasan, keimanan dan
ketaqwaan).
Ketika Masyarakat menemukan
mahasiswa yang kompak, mampu bekerjasama, berkolaborasi untuk berkarya dan
menyelesaikan masalah yang ada, mungkin itu adalah mahasiswa ITK. Ketika
menemukan mahasiswa ITK yang peduli terhadap lingkungan & sesama, peduli
terhadap nasib bangsa, saya pastikan itu mahasiswa ITK. Kecerdasan Intelegtual dan
emosional adalah modal menjadi mahasiswa ITK, serta keimanan dan ketaqwaan itu
adalah tolok ukur untuk bisa menjadi mahasiswa ITK yang sejati. Maba ITK 2015,
kini menjadi anggota muda KM ITK.
Selamat datang di Keluarga Mahasiswa
ITK. Selamat menjadi mahasiswa yang SPECTA! Untuk sang pencipta dan bumi etam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar